Rabu, 20 Juli 2011

Menertawakan Dunia

karya: Norhamidah

“pulang sekolah nanti kita ke warung seberang yuk !” ajak Sisi.
“ngapaen ?” Tanya nayla dengan nada sewot. “uang jajan gue udah ludes !” sambungnya lagi.
“ludes. . .ludes. . . emangnya tadi loe kemalingan uang jajan, apa? Tenang aja ciin. . . ntar nich gue yang traktir” ujar Sisi dengan soksoan.
“hmmm. . yang bener loe ? nggak bo’ong kan ?” ucap Dina kurang percaya.
“beneran, ntar gue yang bayar” jawab Sisi. “gini nich enaknya kalo punya bokap yang, yaa bisa dibilang sukses. Apa aja tinggal minta and sesekali donk mentraktir temen-temen” tambahnya lagi dalam hati dan sambil nyengir .
“woy, cengar cengir gak jelas aja loe dari tadi ! setengah miring ya loe ?” tegur Dina. “tapi kalau dipikir-pikir, aneh juga ya? Sisi dapat uang dari mana ya ? tumben mau traktir gue ama nayla. Kerja aja nggak” pikir Dina sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak sama sekali gatal dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
###
“tet. . . tet. . . teeeet” bel sekolah sudah berbunyi, yang artinya para murid akan pulang. Begitu pun juga dengan kelas Sisi. Suasananya panas dan membara, tanpa basa-basi Sisi menarik tangan kedua temannya, lalu mereka menyeberang jalan langsung tanpa ada kendaraan yang lewat di depan mereka.
Sesampainya di warung makan, Sisi pun langsung memesan makanan kepada salah seorang pelayan warung. Sambil menunggu pesanannya datang, rupanya mereka bertiga sedang membicarakan sesuatu. Biasalah kalau cewek-cewek remaja yang lagi puber agak jauh beda dengan anak-anak. Hampir kurang lebih sepuluh menit mereka menunggu, akhirnya pesanan yang mereka tunggu-tunggu sudah siap untuk dimakan dan nagkring di depan mata, namun masih panas. Tanpa pikir panjang, mereka pun melahap makanan yang ada di meja. Tanpa peduli kalau makanan tersebut masih panas, maklum kalau siang-siang perut sudah pada kosong plus keroncongan.
###
Keesokan harinya, Sisi tidak masuk sekolah. “kenapa ya?” kedua sahabatnya pun bertanya-tanya. Tumben Sisi tidak nongol-nongol juga dari tadi. Tak terasa bel berbunyi. Semua murid duduk rapi di kursinya masing-masing. Hanya satu kursi yang masih kosong, di depan Nayla dan Dina, yaitu kursi Sisi. Ketika absen pun Sisi berketerangan alpa. Ya sudah lah.
“Bla. . .bla. . .bla. . .” penjelasan ibu Tuti, menerangkan tentang pelajaran Biologi. Ruangan pun terasa hening.
Hari berikutnya Sisi masuk sekolah, dengan pakaian yang rapi dan bisa dibilang oke. Sisi pun berangkat ke sekolah dengan menggunakan motor yang setia dikendarainya. Ketika memasuki gerbang, rupanya masik terbuka. Sesudah motornya nangkring di parkiran, ia pun langsung nyosor ke kelasnya. Namun saat ia masuk, ada dua pasang mata yang melototinya.
“Neng. .! kok kemaren loe gak masuk sekolah sih?” Tanya Dina.
“Gue malu” jawab Sisi.
“malu kenapa sih? Aneh banget loe” sambung Nayla.
“Biasa. . .”jawab Sisi lagi acuh.
“biasa kenapa?” lanjut Nayla.
“sekarang gue mau Tanya sama loe, loe tau kan gue alergi sama makanan apaan?”
“alergi sama udang!” jawab Dina dan Nayla serentak. Sisi pun manggut-manggut, bukannya ngantuk, tapi mengiyakannya. “jadi loe kemaren itu memesan makanan yang ada udangnya?” lanjut Dina lagi.
“ya” balas Sisi ringkas.
“gimana ceritanya tuh? Kok bisa sampe lupa?” sambung Nayla.
“namanya juga orang kelaparan neng, he he” jawab Zhizhi enteng.
###
“teeet. . .teeet. . .” waktu telah menunjukkan pukul satu siang. Waktunya sekolah berakhir. “eh loe berdua! !” ujar Sisi lantang dan keras, memanggil Dina dan Nayla yang jauh meninggalkannya. Membuat orang-orang yang mendengarnya berbalik menoleh Sisi dan tercengang sebentar.
“hei, ada apa?” ujar Dina.
“nanti sore kita ngumpul-ngumpul di rumah gue yuk! Mumpung bo-nyok gue lagi gak ada di rumah” ajak Sisi ketika sudah berjalan mendekat.
“insya Allah” jawab Dina dan Nayla serentak.
###
“tok . . .tok. . .tok. . .”. Klek! Berdiri wanita setengah baya dengan memakai baju daster dan serbit diletakkan di bahunya.
“mau cari siapa ya?” Tanya wanita itu dengan suara lembut.
“Sisi ada gak bi?” Tanya Dina.
“ada non. Hmm. . . monggo, silahkan masuk!”
“makasih”
“tunggu ya non, saya panggilkan non Sisinya”
“iya bi!”jawab mereka serentak. Nayla dan Dina menunggu di ruang tamu, sedangkan bibi tadi memanggil Sisi yang sedang berada di dapur. Tak berapa lama Sisi pun langsung datang menemui Nayla dan dina. Terjadilah ajang senang-senang Abg. Semua pun cepat berlalu.
“krringg” jam panda Sisi berdering. Awalnya Sisi membuka matanya sedikit, namun ketika melihat jarum jam telah duduk di angka enam lewat setengah.
“aku kesiangan!!!” teriak Sisi. Langsung ia meloncat ke kamar mandinya dan tak berapa lama ia meloncat lagi kembali ke kamar. Mencari baju seragamnya, tak ayal akibat ulahnya itu, kamarnya menjelma menjadi sebuah kapal pecah. Semua persiapan ke sekolah dilakukannya dengan sekejap.
“ya ampun, tinggal 15 menit lagi. Harus cepat-cepat nih!!!” ucapnya ketika melihat jam di tangannya. Selanjutnya ia langsung meloncat menuju meja makan untuk memakan sepotong roti dan dengan sekejap ia sudah ada di depan rumah untuk siap mengendarai motornya. Ia langsung terbang menuju sekolahnya dengan kecepatan tinggi.
“upps!” ucapnya pasrah ketika melihat gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Di dekatinya penjaga sekolah, dengan memasang wajah memelas gerbang pun terbuka dengan mudahnya. Selesai melalui gerbang depan, Sisi langsung menuju kelasnya.
Dengan rasa deg-degan SIsi masuk ke kelas, namun ia langsung disambut oleh omelan guru. Namun syukurnya ia tetap bisa mengikuti pelajaran seperti biasa walaupun setelah belajar ia dijanjikan oleh sebuah hukuman. Hukuman yang membuat Sisi lumayan kapok dan tersiksa. Ia di suruh untuk membersihkan WC setelah pulang sekolah.
“Si! Kok loe terlambat sih? Emangnya kenapa?” Tanya Dina sambil mendekati Sisi.
“kesiangan buu. . .”
“ouh. . .” balas Dina dengan memoncongkan mulutnya.
“iya” lanjut Sisi “eh, seru banget ya kemaren?” sambungnya.
“seru?” jawab Nayla bingung “Seru apaan?”
“kemaren kan kita ngumpul di rumah gue. Masa kalian udah lupa?” cerocos Sisi.
“ya ampun. . .” ucap Dina terkejut.
“ada apa Din?” Tanya Sisi dan Nayla serentak.
“kemaren gue lupa ke rumah loe Si! Maaf ya!” jawab Dina.
“hah? Sama! Kemaren gue bantuan nyokap bikin kue, jadi lupa deh” cerocos Nayla.
“hmm, jangan becanda ya kalian?” balas Sisi tak yakin.
“yah, berarti gue mimpi donk!” seloroh Sisi. Nayla dan Dina pun pecah dalam tawa. Menertawakan Sisi yang ceroboh dan pelupa. Menertawakan betapa lucu sebenarnya persahabatan mereka. Sisi juga ikut tertawa, walaupun ia sadar kalau sebenarnya yang ditertawakan adalah dia sendiri. Semuanya terbuai untuk menertawakan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar