Rabu, 09 Februari 2011

Pukulan Hidup menjadi Hidayah

Karya: Norhadijah

Malam kian merambat, langit pun terlihat sangat gelap. Awan hitam bergumpal di atas sana. Kilat menyambar-nyambar dengan diiringi suara petir dan Guntur yang menggelegar. Memecahkan keheningan malam yang ikut memperkeruh suasana. Perlahan-lahan tetesan air hujan pun mulai turun mengguyur jalanan yang sudah tampak sepi dan sunyi. Bagaikan kota yang tak ada penghuninya sama sekali. Hening.
Di saat orang-orang tertidur dengan lelapnya. Namun malam itu di sebuah lembaga permasyarakatan IIB Barito Timur, di salah satu sudut jeruji besinya. Tampaklah seorang lelaki muda tengah duduk bersimpuh. air matanya mengalir membasahi wajahnya. Aliran airmata itu seakan tak akan berhenti, bibirnya tiada henti mengucap istighfar dengan dibarengi ketikan tasbih di tangannya. Ia terus berdoa kepada Allah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya.
Pemuda itu bernama Anto. Sebenarnya ia adalah anak dari keluarga kaya tapi karena kesalahannya yang menjerumuskannya masuk ke jeruji besi itu. Dengan beralaskan tikar kecil, Anto berbaring di atasnya. Ia berusaha memejamkan matanya. Tapi, mata itu seakan enggan untuk terpejam. Udara semakin dingin berembun. Makin lama hujannya semakin deras. Suasana semakin hening. Anto belum juga tertidur. Entah mengapa malam itu dirasakannya sangat sulit untuk tidur.
“ apakah malam ini malam terakhirku tidur di sini?” batin Anto. Ya, malam ini memang malam terakhirnya tinggal di penjara. Setelah 3 tahun lamanya ia hidup di penjara. Akhirnya Anto bebas dan bisa menghirup udara segar.
Ditatapinya langit-langit penjara, entah apa yang membuatnya kembali teringat pada masa lalunya. Pikirannya menerawang terbang kembali menelusuri perbuatannya di masa lalu.
###
Anto adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia sangat senang mabuk-mabukan, berjudi, main perempuan, mengkonsumsi narkoba dan lain-lain. Semua itu terjadi karena ia marah kepada orang tuanya yang dianggapnya telah menganak tirikannya. Kedua orang tuanya merasa sangat sedih melihat keadaan Anto. Tetapi rasa kesedihan itu bisa sedikit terobati karena rasa bangga kepada Dika, anak kedua yang shaleh dan taat kepada orang tua.
Seperti biasa Anto pulang dalam keadaan mabuk. Wajahnya lusuh tak karuan. Tubuhnya sempoyongan. Matanya merah berkunang-kunang. Pikirannya kalut.
“ nak, sadarlah! Apa yang kamu lakukan ini akan merusak akal pikiranmu nantinya” Ibunya berusaha menyadarkan Anto. Tetapi setelah mendengar perkataan ibunya. Anto marah dan mengamuk pada ibunya. Ayah dan ibunya hanya bisa diam. Mereka pasrah dan berdoa kepada Allah SWT semoga Anto lekas sadar dari kekeliruannya.
###
Matahari sangat terik. Setelah uangnya habis karena kalah judi. Anto pulang ke rumah untuk meminta uang kepada ibunya.
“ bu. . . ibu!” seru Anto dengan lantang memanggil ibunya.
“ ada apa nak?” jawab ibunya dengan lembut.
“ minta uang bu!” kata Anto setengah teriak.
“ uang untuk apa nak? Bukannya kemaren sudah ibu kasih” sahut ibunya.
“ alah. . . yang kemaren ya kemaren. Yang hari ini lain lagi bu” jawabnya dengan amarah. “udah deh, berikan aja” bentaknya lagi.
“ tidak anto, ibu tidak punya uang” jawab ibunya lagi, tetap dengan suara yang lembut. Anto marah kepada ibunya. Ia geram, tetapi itu hanya sementara. Saat dilihatnya perhiasan yang dipakai ibunya, seulas senyum tersungging di bibirnya. Dirampasnya kalung dan gelang emas milik ibunya dan kemudian berlalu pergi. Dengan rasa sedih dan linangan airmata ibunya mengiringi kepergian Anto.
###
Lama tak bertemu membuat membuat kedua orang tua Anto Rindu kepada Adik Anto, Dika yang kuliah di Universitas Islam di Banjarmasin. Pada saat yang bersamaan, Dika sedang libur panjang dan pulang ke kota Ampah karena sudah sangat rindu pada orang tuanya. Dan Dika pun disambut ayah dan ibunya dengan riang dan gembira.
Melihat perlakuan yang selalu mengistimewakan Dika, membuat Anto muak dan geram, membuatnya menjadi gelap mata. Dirampasnya dan dilemparnya tas ransel yang dibawa oleh Dika dan mengenai guci keramik, dan Prrang . . . pecah. Buku-buku yang ada di tas itu pun berserakan. Ketika Anto ingin memunguti dan membuang buku itu. Ia menemukan sepucuk surat, dibacanya surat itu yang ternyata adalah surat cinta. Anto marah, dengan geram ia berkata.
“ sudah berapa sawah dan kerbau yang dijual hanya untuk biaya kuliahmu. Tapi apa. . .? tapi apa yang kau lakukan haaaah ?” kata Anto murka. Kemudian ia berlalu pergi dengan membawa seluruh uang yang ia rampas dari orang tuanya. Dika pun minta maaf kepada ibunya. Orang tuanya hanya bisa menasihati agar ia tidak mencampur-campurkan urusan sekolah dengan percintaan.
###
Anto asyik bermain judi dengan modal uang yang ia bawa dari rumahnya dengan ketiga temannya. Tetapi ketiga temannya itu telah bersekongkol untuk mencurangi Anto. Dan merasa dirinya dicurangi, ia marah dan terjadilah perkelahian yang sengit. Tapi tiba-tiba polisi datang dan menangkap mereka semua. Oleh hakim, Anto divonis tiga tahun penjara dengan tiga perkara, yaitu perkelahian, perjudian dan narkoba.
Setelah itu Anto bertekat untuk membenahi dirinya dan mendapat Rahmat dari Allah SWT. Niatnya itu diperkuat karena adanya suatu pencerahan dari seorang ustadz yang berkunjung untuk mengisi pengajian mingguan di Lapas. Hari-harinya pun hanya dihabiskan dengan beribadah dan berdoa kepada Allah SWT.
###
Pagi yang sangat cerah, orang tua Anto dan Dika datang untuk menjemput Anto.
“ ibu, bapak, dika, maafin Anto ya. Anto sudah banyak dosa sama kalian semua” kata Anto minta maaf kepada keluarganya yang menerimanya dengan haru bercampur bahagia. Setelah saling memaafkan, mereka pun pergi meninggalkan lembaga permasyarakatan IIB Barito Timur yang berada di kota Tamiang Layang, tempat Anto ditahan. ,mereka pun kembali lagi ke kota Ampah dan pulang ke rumah untuk membenahi keluarga, supaya lebih baik ke depannya.